Sunday, March 24, 2013

Belajar Dari Ainun Habibie


“Mengapa saya tidak bekerja? Bukankah saya dokter? Memang. Dan sangat mungkin bagi saya untuk bekerja pada waktu itu. Namun, saya pikir buat apa uang tambahan dan kepuasan batin yang barangkali cukup banyak itu jika akhirnya diberikan pada seorang perawat pengasuh anak bergaji tinggi dengan risiko kami sendiri kehilangan kedekatan pada anak sendiri? Apa artinya tambahan uang dan kepuasan profesional jika akhirnya anak saya tidak dapat saya timang dan saya bentuk sendiri pribadinya? Anak saya akan tidak mempunyai ibu. Seimbangkah anak kehilangan ibu bapak? Seimbangkah orangtua kehilangan anak dengan uang dan kepuasan pribadi tambahan karena bekerja? Itulah sebabnya saya memutuskan menerima hidup pas-pasan. Tiga setengah tahun kami bertiga hidup begitu. (Ainun Habibie, Tahun-tahun Pertama)” 


Sebelumnya, saya tidak pernah berpikir untuk menjadi ibu rumah tangga. Mendengarnya saja sudah membuat saya panik sendiri. Bayangkan. Di rumah, beres-beres rumah, bikin muak aja dengernya. Tapi, makin lama saya makin sadar kalau semua adalah pilihan. Kalau saya sekarang ini bersikeras untuk mengejar karier yang selama ini saya impikan, saya tentu akan kehilangan waktu bareng anak-anak. 


Memang sih, pikiran ini jauh jauuh jauhhh banget. Married aja baru taon depan. Tapi, saya berharap kalau sampai tiba saatnya, saya bisa rela meninggalkan mimpi-mimpi saya , untuk keluarga :'(

No comments:

Post a Comment